Ditulis oleh: Hairiyadi
Terdengar suara mesin mobil yang distater dengan tergesa-gesa, sebuah mobil sedan Toyota Atlantis berwarna hitam metalic. Mobil sedan itu kemudian melaju dengan kencang di jalan raya, satu demi satu kenderaan yang berada di depan didahuluinya. Pengendaranya seorang lelaki yang berumur sekitar 35 tahun, mulutnya seperti berbicara melalui sebuah headset yang tersambung pada handphone yang terletak di atas dashboard mobilnya.
Di sebuah rumah sakit yang terletak di pusat kota, mobil sedan hitam itu berhenti. Pengendaranya turun dari mobil dan berjalan dengan cepat menuju ruang UGD (Unit Gawat Darurat). Di ruang tunggu UGD lelaki itu disambut kedatangannya oleh seorang wanita remaja dengan wajah yang sembab karena terus-menerus menangis. Wanita remaja tersebut langsung memeluk lelaki pengendara mobil sedan hitam yang nampaknya sudah tidak sabar lagi ditunggunya. “Bang Bima, tante Selly kecelakaan Bang, tante Selly terjatuh dari motor kemudian sempat diseruduk oleh mobil truk yang berada di belakangnya”, kata wanita remaja yang memeluknya dengan suara terisak. Mendengar itu, lelaki pengendara mobil sedan hitam yang dipanggil Bima wajahnya nampak tegang dan pucat. “Sekarang keadaannya bagaimana ?”, tanya Bima kepada wanita remaja yang sedang memeluknya. “Belum tahu Bang, tante Selly masih diperiksa oleh Dokter, kita belum diperbolehkan menengoknya”, jawab sang wanita remaja. Bima menghela nafasnya dengan dalam, seraya berkata sambil memegang pundak sang wanita remaja, “Nia, marilah sekarang kita berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa semoga tidak terjadi sesuatu yang mengkhawatirkan pada tantemu, kita harus sabar, kita serahkan semua kepada Tuhan, insya Allah, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk tante Selly.
Mata Bima memperhatikan satu demi satu orang yang sedang duduk di bangku ruang tunggu ruangan UGD. Nampaknya olehnya seorang wanita tua yang duduk dengan wajah tertunduk sambil mengusap airmatanya dengan sehelai sapu tangan. Sambil memegang tangan Nia, Bima berjalan mendekati tempat duduk wanita tua tersebut, kemudian duduk Bima duduk di sampingnya. Sedangkan Nia berjongkok di depan wanita tua itu sambil memegang lututnya. “Nek, ini ada bang Bima nek”, kata Nia dengan suara yang pelan. Wanita tua itu menengadahkan wajahnya, tatapan matanya kosong, raut mukanya seperti kebingungan untuk mengenali lelaki yang ditunjukan oleh Nia. Dia terdiam, butir-butir airmatanya masih meleleh membasahi pipinya. Dia sepertinya berusaha keras untuk mengenali kembali lelaki yang sedang duduk di sampingnya. Bima memegang telapak tangan sang wanita tua sambil mencoba untuk membantu sang wanita tua mengenali kembali dirinya, yakni Bima yang pada waktu masih remaja dari sejak SMP sampai tamat SMA berpacaran dengan Selly anak dari sang wanita tua itu.
“Bu, saya Bima bu”, kata Bima sambil memegang erat telapak tangan sang wanita tua dengan wajah yang didekatkan pada wajah yang dipanggil ibu oleh Bima. Si Ibu masih tetap diam, nampaknya dia masih belum bisa mengenali Bima. Kembali Bima mengenalkan dirinya, “bu, saya Bima bu”. Nampak wajah sang ibu masih menunjukkan ketidak kenalannya pada Bima. Sekali lagi Bima berusaha memperkenalkan dirinya, “bu, saya Bima bu, yang dulu pacarnya Selly. Sang ibu tersentak kaget, tangisnya tambah menjadi sambil memeluk tubuh Bima, dengan suara bercampur tangis, “Selly mendapat kecelakaan nak Bima”, kata ibunya Selly.
bersambung
0 Komentar